Teknik Budidaya Tanaman Cabai Rawit

Cabai

Budidaya Tanaman Cabai - Dalam budidaya tanaman cabai rawit, perhatian terhadap detail dan pemeliharaan yang baik sangat penting untuk mencapai hasil panen yang optimal. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam budidaya tanaman cabai rawit :

1. Persiapan Lahan

Hal pertama yang dilakukan dalam budidaya tanaman cabai adalah persiapan lahan. Sebelum menanam, tanah pada lahan yang akan digunakan perlu dibersihkan dari rumput dan dilakukan penggemburan. Penggemburan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau dengan menggunakan traktor untuk membajak lahan. Untuk budidaya cabai rawit di lahan tegal, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan bajak tanah secara menyeluruh untuk memecah struktur tanah yang padat. Setelah itu, dilakukan proses cangkul untuk meratakan tanah dan memperbaiki drainase. Selain itu, proses penggemburan tanah juga bertujuan untuk memperbaiki aerasi dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman.

Setelah tanah digemburkan, langkah selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar dan pembuatan bedengan. Sebelum pemberian pupuk dasar, lahan yang akan digunakan perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan penambahan kapur (Pengapuran) untuk tanah asam (pH rendah) atau pemberian pupuk belerang untuk tanah basa (pH tinggi). Dalam budidaya tanaman, kebutuhan kapur biasanya berkisar antara 2-4 ton per hektar. Namun, pada tanah gambut, kebutuhan kapur dapat mencapai 19 ton per hektar. Untuk kebutuhan bubuk belerang, meskipun jarang terjadi, biasanya sama dengan kebutuhan kapur. Berdasarkan pengalaman petani, pemberian bubuk belerang sebanyak 1 kilogram per meter persegi sudah cukup. Bubuk belerang dan pengapuran dapat dilakukan dengan cara penaburan.

Dalam pengolahan lahan baru, diperlukan dosis tertentu untuk pemberian pupuk kandang atau kompos serta pupuk NPK. Biasanya, dosis pupuk kandang atau kompos yang diberikan adalah sekitar 20-30 ton per hektar, sedangkan pupuk NPK diberikan sekitar 500 kg per hektar. Jika diinginkan, pupuk NPK dapat digantikan dengan campuran pupuk tunggal seperti urea, TSP, dan ZK. Dalam hal ini, dosis pupuk tunggal yang direkomendasikan adalah urea sebanyak 311 kg per hektar, TSP sebanyak 438 kg per hektar, dan ZK sebanyak 466 kg per hektar. Jika pupuk ZK tidak tersedia, dapat digunakan KCL dengan dosis sekitar 381 kg per hektar. Namun, jika lahan baru yang dibuka mengandung banyak pasir, pemberian pupuk buatan NPK perlu ditingkatkan hingga sekitar 800 kg per hektar. Jika pupuk NPK akan digantikan dengan campuran pupuk tunggal, dosis pupuk tunggal tersebut perlu ditingkatkan dari dosis sebelumnya. Dalam hal ini, dosis pupuk tunggal yang direkomendasikan adalah urea sebanyak 355 kg per hektar, TSP sebanyak 666 kg per hektar, dan ZK sebanyak 711 kg per hektar, atau KCL sebanyak 581 kg per hektar.

Sedangkan untuk lahan yang telah diolah atau pernah ditanami sebelumnya, kebutuhan pupuk dasar tidak sebanyak pada lahan baru. Dalam hal ini, dosis pupuk kandang atau kompos yang diberikan hanya sekitar 10-20 ton per hektar, sedangkan pupuk NPK hanya sekitar 66 kg per hektar. Jika ingin menggantikan pupuk NPK dengan campuran pupuk tunggal, dosis yang dianjurkan adalah urea sebanyak 66 kg per hektar, TSP sebanyak 62 kg per hektar, dan ZK sebanyak 66 kg per hektar, atau KCL sebanyak 54 kg per hektar.

Baca Juga

Bedengan biasanya dibuat dengan arah dari timur ke barat agar sinar matahari dapat merata ke seluruh tanaman. Ukuran standar bedengan adalah lebar sekitar 100-150 cm, sementara panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. Pembuatan bedengan bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan tanaman, pengaturan jarak tanam yang optimal, serta pengendalian air yang lebih baik. Setelah bedengan terbentuk, langkah berikutnya adalah memasang mulsa hitam perak dengan posisi warna perak di bagian atasnya. Tujuan dari penggunaan mulsa ini adalah untuk memantulkan sinar matahari dan mengusir hama yang bersembunyi di bawah daun. Disarankan untuk memasang mulsa pada siang hari ketika matahari sedang terik, sehingga mulsa tidak mudah sobek saat ditarik. Caranya adalah dengan menarik kedua ujung mulsa secara memanjang di atas bedengan, lalu memasang pasak bambu berbentuk "U" di sisi kanan dan kiri bedengan untuk menjaga mulsa tetap terpasang. Setelah mulsa terpasang, lubangi mulsa menggunakan potongan kaleng yang tajam dengan menekannya, dan buat lubang tanam pada mulsa yang telah dilubangi. Jarak antara lubang tanam sebaiknya sekitar 60x70 cm atau 70x70 cm.

2. Pemilihan Benih

Benih atau biji cabai rawit dapat diperoleh dari buah cabai atau membelinya di toko pertanian. Jika benih yang digunakan berasal dar biji dalam buah tanaman induk, maka pilihlah tanaman induk yang sehat dengan buah yang baik. Tanaman cabai yang digunakan sebagai induk juga harus dipilih dalam jenis yang murni, artinya tanaman tersebut tidak bercampur dengan tanaman serupa atau jenis lain.

Jika benih diperoleh dari penyedia benih seperti toko pertanian pilihlah benih yang unggul sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lahan yang digunakan. Jika lokasi tempat menanam sudah terjadi endemi penyakit tanaman, sebaiknya pilihlah bibit cabai rawit yang tahan penyakit. Beberapa varietas bibit cabai rawit yang tahan terhadap penyakit antara lain:

  • Cakra Putih
  • Nirmala
  • Ori 212
  • Absolut 69
  •  Bhaskara
  • Pusaka 18
  • Sonar
  •  Pelita 8
  • Syphoon

3. Penyemaian

Sebelum disemai, benih yang telah dipilih direndam dalam larutan fungisida selama kurang lebih 12 jam, lalu dikeringkan hingga airnya benar-benar kering. Setelah itu, benih ditebarkan di tempat persemaian. Selain metode tersebut, ada juga cara lain yang dapat digunakan, yaitu merendam benih dalam larutan hipoklorit 10% selama 10 menit, kemudian merendamnya dalam air hangat (suhu sekitar 50ºC) semalam. Setelah proses tersebut, benih siap untuk ditebarkan langsung di persemaian. Persemaian sendiri dapat dilakukan dalam bedengan khusus semai atau menggunakan polybag/tray semai. Untuk menyiapkan media semai, campurkan tanah dengan pupuk kandang dalam perbandingan 1:1. Untuk melindungi bibit yang masih muda dari paparan sinar matahari langsung, disarankan untuk memberikan naungan di area persemaian. Selanjutnya, taburkan benih secara merata ke atas media semai yang telah disiapkan, kemudian tutup dengan lapisan tipis tanah. Untuk mempercepat pertumbuhan bibit, perlu dilakukan penyiraman secara teratur.

4. Perawatan

Pada fase awal pertumbuhan tanaman cabai, yang merupakan periode penyesuaian dengan lingkungan baru, penting untuk melakukan penyiraman secara rutin setiap hari, terutama saat musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan akar telah berkembang dengan baik, penyiraman dapat dilakukan tiga hari sekali. Selain itu, perlu melakukan penyiangan jika terdapat banyak gulma, karena gulma dapat menjadi pesaing bagi tanaman dan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lemah dan kerdil.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan gagal panen atau penurunan hasil panen adalah serangan hama dan penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerontokan buah cabai adalah penyakit busuk buah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida melalui penyemprotan untuk mengurangi serangan penyakit dan hama.

Untuk memastikan pertumbuhan maksimal dan hasil panen yang baik, diperlukan pembuangan tunas air. Pembuangan tunas air bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan sehingga tanaman tidak terlalu rimbun dan tinggi. Hal ini akan memudahkan dalam perawatan dan pemanenan. Selain itu, pembuangan tunas air juga membantu mengurangi kelembaban di sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan jamur dapat dikendalikan, dan mengarahkan pertumbuhan tanaman ke tahap generatif yang mempengaruhi pembentukan buah (Pracaya, 1993).

5. Pemupukan

Agar tanaman cabai dapat tumbuh subur dan menghasilkan buah berkualitas, perlu dilakukan pemupukan yang tepat waktu dan dengan dosis yang sesuai. Pemupukan yang baik harus disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan, karena pupuk memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.

Pemupukan pertama dilakukan pada saat minggu pertama setelah pindah tanam dengan menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang tersebut ditempatkan di lubang tanam dengan dosis 1 ton per hektar atau dapat juga ditugal pada samping tanaman.

Baca Juga : Varietas Tanaman Cabai

Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berusia sekitar tiga bulan. Cara pemupukannya adalah dengan mencampurkan pupuk NPK, KNO putih, urea, dan TSP dalam perbandingan 4:1:1:1:1. Jumlah total campuran pupuk adalah 8 kg, yang kemudian dilarutkan dalam 250 liter air. Larutan ini kemudian disiramkan ke perakaran tanaman cabai dengan dosis 250 ml per tanaman.

Untuk pemupukan setelah tanaman berusia lebih dari 3 bulan, dapat menggunakan campuran pupuk yang sama seperti pada pemupukan saat tanaman berumur 1 bulan. Namun, dosisnya ditambah dengan perbandingan 2:3:8:2, yang kemudian dilarutkan dalam 250 liter air. Setelah itu, larutan ini disiramkan ke perakaran tanaman dengan dosis 250 ml per tanaman. Pemupukan ini dapat dilakukan setiap dua minggu sekali.

Dengan pemupukan yang tepat dan teratur, tanaman cabai akan mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya sehingga dapat menghasilkan buah yang berkualitas.

6. Panen

Buah cabai yang sudah siap panen memiliki beberapa kriteria. Biasanya, buah tersebut sudah matang sepenuhnya. Hal ini dapat dikenali dengan ciri-ciri seperti bijinya yang padat, berisi, dan ketika buah ditekan, teksturnya terasa keras. Selain itu, warna buahnya cenderung menjadi hijau tua atau merah keunguan.

Petani sering kali melakukan penyesuaian waktu panen berdasarkan harga yang sedang tinggi. Mereka dapat memajukan atau mengundur waktu panen beberapa hari untuk mengoptimalkan keuntungan. Proses panen dilakukan dengan hati-hati, dengan cara memetik tangkai buah secara perlahan agar percabangan dan calon bunga tidak patah atau rusak.

Buah cabai rawit dapat mulai dipanen setelah tanaman berumur sekitar 2,5-3 bulan sejak bibit ditanam. Proses panen dapat berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Tanaman cabai rawit memiliki umur maksimal sekitar 24 bulan. Selama periode panen tersebut, frekuensi panen dapat mencapai 15-18 kali.

Demikianlah langkah-langkah dalam budidaya tanaman cabai rawit, semoga tulisan ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi semuanya yang ingin sukses dalam budidaya tanaman cabai rawit, baik sebagai usaha komersial maupun sebagai kegiatan hobi. Dengan mengikuti teknik-teknik yang dijelaskan dalam artikel ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh hasil panen yang baik dan meningkatkan produktivitas tanaman cabai rawit.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال