Rumah Tani, Fungisida - Tembaga dan Mancozeb merupakan dua jenis bahan kimia yang sering digunakan dalam pertanian sebagai bakterisida dan fungisida. Kedua zat ini memiliki peran penting dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) karena mampu mengendalikan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur pada tanaman. Sebagai bakterisida, Tembaga dan Mancozeb dapat mengatasi penyakit seperti penyakit embun tepung, penyakit bulai, dan ledakan bakteri yang sering menyerang tanaman. Sementara sebagai fungisida, keduanya efektif dalam menangani penyakit seperti hawar kenari, bercak bakteri, dan bercak jamur. Karena kemampuannya yang luas, Tembaga dan Mancozeb telah menjadi pilihan utama bagi petani untuk mengatasi masalah penyakit tanaman.
Penggunaan Tembaga dan Mancozeb tidak hanya terbatas pada aplikasi tunggal. Kedua zat tersebut juga sering digunakan dalam campuran tangki untuk meningkatkan efektivitasnya. Campuran tangki merupakan strategi yang populer dalam pertanian karena mampu memberikan spektrum pengendalian penyakit yang lebih luas dan mengurangi risiko resistensi. Ketika digunakan bersama-sama, Tembaga dan Mancozeb memberikan efek sinergis yang meningkatkan kinerja pengendalian penyakit tanaman. Hal ini memberikan keuntungan bagi petani dalam hal mengurangi kerugian hasil panen akibat serangan penyakit.
Baca Juga : 5 Jenis Patogen Penyebab Penyakit pada Tanaman
Namun, meskipun Tembaga dan Mancozeb memiliki banyak manfaat, penggunaannya juga memiliki beberapa risiko. Misalnya, penggunaan berlebihan dapat menyebabkan penumpukan residu zat kimia di tanah dan tanaman, yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaan Tembaga dan Mancozeb harus dilakukan dengan bijak sesuai dengan petunjuk penggunaan yang disarankan oleh otoritas terkait dalam bidang pertanian. Selain itu, penting bagi petani untuk mempertimbangkan alternatif organik atau ramah lingkungan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis.
Sejarah Penggunaan Tembaga dalam Pertanian
Penggunaan tembaga dalam pertanian memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1880-an ketika seorang ilmuwan Perancis, Pierre-Marie Alexis Millardet, mengamati efek positif tembaga dalam melindungi tanaman dari penyakit bulai. Tembaga kemudian ditemukan menjadi bagian penting dalam campuran Bordeaux, yang merupakan fungisida pertama yang mengandung tembaga yang banyak digunakan. Sejak itu, tembaga telah menjadi alat dasar dalam mengendalikan berbagai penyakit jamur dan bakteri di berbagai jenis tanaman.
Secara umum, fungisida dan bakterisida tembaga bekerja sebagai pelindung bagi tanaman. Partikel kristal tembaga menempel pada permukaan tanaman untuk membentuk penghalang pelindung. Ketika terjadi kontak dengan air, ion Cu++ yang dilepaskan secara hayati untuk melindungi tanaman dari infeksi jamur dan bakteri. Perbedaan utama antara produk tembaga komersial adalah efisiensi pelepasan ion Cu++, ukuran partikel, kelarutan dalam air, formulasi, dan tahan terhadap hujan. Tembaga tetap merupakan bentuk tembaga yang paling umum digunakan dalam perlindungan tanaman karena kurang bersifat fitotoksik terhadap tanaman.
Baca Juga : Mengenal Gejala dan Tanda Dalam Diagnosis Penyakit Tanaman
Contoh tembaga tetap termasuk tembaga hidroksida, tembaga oksida, tembaga sulfat basa, tembaga oksiklorida sulfat, tembaga oksiklorida, dan tembaga oktanoat. Diantara mereka, tembaga hidroksida adalah yang paling umum digunakan karena tingkat pengendalian penyakit yang tinggi dan keamanan terhadap tanaman. Seiring dengan perkembangan teknologi, tembaga hidroksida telah mengalami peningkatan efisiensi dalam penggunaannya.
Hal ini tercermin dalam peningkatan kadar tembaga bioavailable per pon dan pengurangan tingkat penggunaan per hektar. Sebagai hasilnya, produk-produk ini tidak hanya membantu mengoptimalkan efisiensi tembaga pada dedaunan tanaman, tetapi juga mengurangi dampak tembaga terhadap lingkungan sambil tetap memberikan pengendalian penyakit yang efektif.
Sejarah Penggunaan Mankozeb dalam Pertanian
Penggunaan Mancozeb dalam pertanian mengilustrasikan evolusi fungisida ethylene bisdithiocarbamate (EBDC) sejak diperkenalkan pada tahun 1940-an dengan produk pertama yang bernama Nabam. Selama 25 tahun berikutnya, beberapa EBDC diperkenalkan, termasuk ion seng (zineb) dan mangan ethylene bisdithiocarbamate (maneb), yang kemudian digabungkan untuk membentuk Mancozeb. Pada tahun 1962, Mancozeb diperkenalkan sebagai produk mandiri dan sejak itu menjadi salah satu EBDC yang paling menonjol digunakan dalam pertanian.
Baca Juga : Hama Kumbang Mentimun (Diabrotica spp.)
Mancozeb merupakan fungisida yang tergolong dalam kelompok FRAC M:03, yang dikenal memiliki aktivitas multi lokasi. Fungisida ini bekerja sebagai pelindung dengan cara mengganggu proses enzimatik inti dalam sel jamur, menghambat perkecambahan spora dalam patogen jamur yang terdapat di permukaan tanaman. Keunggulan Mancozeb sebagai fungisida multi lokasi telah terbukti efektif melawan beragam jenis jamur, termasuk ascomycetes, oomycetes, basidiomycetes, dan deuteromycetes. Penggunaan Mancozeb umumnya ditujukan untuk mengendalikan penyakit seperti hawar kenari, penyakit bulai, bercak atau bercak bakteri, serta beberapa penyakit lain yang disebabkan oleh jamur.
Salah satu keunggulan utama Mancozeb adalah sifatnya yang bersifat multi-situs, yang berarti ia bertindak pada berbagai tahap siklus hidup jamur patogen. Hal ini memberikan perlindungan yang lebih luas dan efektif terhadap serangan jamur pada tanaman. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan Mancozeb harus tetap memperhatikan dosis yang tepat dan panduan penggunaan yang disarankan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi tanaman dan lingkungan sekitarnya.
Dengan kemampuannya dalam mengendalikan berbagai penyakit jamur tanaman, Mancozeb telah menjadi salah satu pilihan utama petani dalam upaya menjaga kesehatan tanaman dan meningkatkan hasil panen secara optimal. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang cara kerja dan penggunaan yang bijak dari fungisida ini sangat penting bagi praktisi pertanian untuk memastikan keberhasilan produksi tanaman yang maksimal dan berkelanjutan.
Baca Juga : Hama Penggerek Batang Padi (Sundep & Beluk)
Manfaat Penggunaan Tembaga dan Mankozeb
Penggunaan Tembaga dan Mancozeb dalam pertanian telah menjadi kebiasaan umum yang dipilih oleh petani karena manfaat yang signifikan yang mereka berikan dalam program Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Selama bertahun-tahun, keduanya telah terbukti memberikan pengendalian yang andal terhadap berbagai penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Meskipun penggunaan secara luas telah membawa manfaat, terdapat penurunan pengendalian yang dialami petani jika hanya mengandalkan satu bahan aktif untuk mengatasi penyakit tertentu, seperti penyakit hawar kenari. Kombinasi Tembaga dan Mancozeb telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengendalian penyakit seperti hawar kenari dengan meningkatkan penetrasi membran sel, yang pada akhirnya membantu tembaga dalam melindungi tanaman dari serangan penyakit bakteri.
Selain meningkatkan penetrasi membran sel, kombinasi Tembaga dan Mancozeb juga memberikan manfaat tambahan dalam mengendalikan penyakit tanaman. Keduanya memiliki cara kerja multi-situs, yang membantu memperluas spektrum pengendalian penyakit. Dengan demikian, penggunaan kombinasi ini dapat mengurangi inokulum dan insiden penyakit, serta meningkatkan manajemen resistensi. Petani memiliki opsi untuk memilih antara membeli produk Tembaga dan Mancozeb secara terpisah atau membeli produk yang sudah terkoordinasi.
Baca Juga : Macam Tipe Alat Mulut Hama
Tembaga dan Mancozeb digunakan secara luas untuk mengatasi berbagai penyakit tanaman, termasuk di antaranya Walnut Blight, Blossom blight, Anthracnose, Shot hole Bacterial Blight, Downy Mildew, Leafy Vegetables, Bacterial Blight, Bacterial Spot/Speck, Early blight, dan Late blight. Penggunaan kombinasi ini memberikan keuntungan bagi petani karena menyediakan alat yang efektif dan efisien dalam mengatasi serangan penyakit tanaman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil panen dan keberlanjutan produksi pertanian secara keseluruhan.