5 Jenis Patogen Penyebab Penyakit pada Tanaman

5 Jenis Patogen Penyebab Penyakit pada Tanaman
Patogen Virus dan Bakteri, Image by mego-studio on Freepik

Rumah Tani, Patogen - Penyebab timbulnya penyakit pada tanaman bisa berasal dari dua faktor utama, yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik, yang sering kali menjadi penyebab utama penyakit yang menular, umumnya disebabkan oleh infeksi patogen. Penyakit infeksius pada tanaman diakibatkan oleh keberadaan patogen seperti jamur, bakteri, virus, nematoda, ganggang parasit, dan tumbuhan biji parasitik. Ketika tanaman terinfeksi oleh salah satu dari jenis patogen ini, bisa menyebabkan berbagai macam penyakit yang merugikan bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Di sisi lain, faktor abiotik juga bisa menyebabkan penyakit pada tanaman, yang biasa disebut sebagai penyakit noninfeksius atau fisiopat. Penyakit ini tidak disebabkan oleh patogen, melainkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti cuaca ekstrem, kelembaban yang tidak sesuai, kekurangan unsur hara, atau toksisitas tanah. Meskipun tidak disebabkan oleh organisme patogen, penyakit noninfeksius dapat berdampak serius terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Baca Juga : Mengenal Gejala dan Tanda Dalam Diagnosis Penyakit Tanaman

Klasifikasi patogen tanaman mencakup berbagai jenis organisme penyebab penyakit. Jamur adalah salah satu jenis patogen utama yang menyerang tanaman dan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti karat, layu, dan bercak daun. Bakteri juga merupakan penyebab penyakit tanaman yang cukup signifikan, seperti penyakit bakterial pada tomat dan kentang. Virus adalah patogen lain yang bisa menyebabkan penyakit pada tanaman, seperti mosaik pada tanaman kacang-kacangan. Nematoda, cacing kecil yang hidup di tanah, dapat mengakibatkan kerusakan akar dan mengganggu proses penyerapan nutrisi tanaman. Ganggang parasit dan tumbuhan biji parasitik juga termasuk dalam klasifikasi patogen tanaman yang dapat menyebabkan penyakit yang merugikan.

Patogen Penyebab Penyakit pada Tanaman

Berikut ini beberapa jenis pathogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman budidaya :

1. Jamur

Jamur merupakan salah satu kelompok patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Salah satu jenis jamur yang seringkali menjadi penyebab penyakit adalah Fusarium oxysporum. Gejala yang muncul pada tanaman yang terinfeksi oleh Fusarium oxysporum adalah layu, terutama pada tanaman sayuran, bunga, tanaman perkebunan, gulma, dan tanaman herba. Selain layu, Fusarium oxysporum juga dapat menyebabkan berbagai kerusakan lain pada tanaman, seperti rebah benih, busuk akar, busuk batang, dan busuk tangkai.

Tanda-tanda keberadaan infeksi jamur Fusarium oxysporum bisa terlihat dengan adanya benang-benang miselium jamur yang muncul di sekitar jaringan tanaman yang terinfeksi. Selain itu, pembuluh xylem tanaman juga bisa menjadi tempat berkembang biaknya jamur ini. Infeksi jamur ini dapat menyebar dengan cepat dalam suatu pertanaman dan menyebabkan kerugian yang signifikan jika tidak diatasi dengan tepat dan cepat.

Baca Juga : Hama Kumbang Mentimun (Diabrotica spp.)

Penyakit yang disebabkan oleh jamur seperti Fusarium oxysporum ini seringkali sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu, pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur perlu dilakukan dengan strategi yang tepat. Hal ini termasuk di antaranya adalah dengan penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap jamur, praktik sanitasi yang baik dalam budidaya tanaman, penggunaan fungisida yang efektif, dan rotasi tanaman untuk mengurangi keberadaan patogen di tanah. Dengan penerapan strategi pengendalian yang tepat, maka risiko kerugian akibat penyakit jamur pada tanaman dapat diminimalkan secara signifikan.

2. Bakteri

Bakteri merupakan salah satu kelompok patogen yang juga dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Salah satu contoh patogen bakteri yang sering menyebabkan penyakit adalah Erwinia carotovora. Gejala yang muncul pada tanaman yang terinfeksi oleh bakteri ini adalah busuk lunak, yang biasanya terjadi pada tanaman di lapangan maupun tanaman yang disimpan, seperti tanaman buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias. Busuk lunak ini merupakan gejala yang umum terjadi dan dapat mengakibatkan kerusakan yang serius pada tanaman yang terinfeksi.

Tanda-tanda keberadaan bakteri Erwinia carotovora pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya lendir keruh pada jaringan tanaman yang terinfeksi. Lendir keruh ini merupakan ciri khas dari infeksi bakteri ini dan bisa menjadi petunjuk awal bahwa tanaman terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini. Selain lendir keruh, tanaman yang terinfeksi juga dapat menunjukkan gejala lain seperti warna yang berubah pada jaringan tanaman, penurunan kualitas buah atau sayuran, serta kemunduran dalam pertumbuhan tanaman.

Baca Juga : Hama Penggerek Batang Padi (Sundep & Beluk)

Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti Erwinia carotovora biasanya melibatkan beberapa strategi. Salah satunya adalah dengan memastikan kebersihan lingkungan pertanaman dan sanitasi yang baik untuk mencegah penyebaran bakteri. Selain itu, penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap bakteri tersebut juga bisa menjadi langkah preventif yang efektif. Penggunaan antibiotik atau bahan kimia lainnya juga bisa menjadi pilihan dalam pengendalian penyakit bakterial pada tanaman, meskipun harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan pedoman penggunaan yang aman dan berkelanjutan.

Dengan pemahaman yang baik tentang gejala, tanda, dan strategi pengendalian penyakit bakterial pada tanaman, petani dan ahli pertanian dapat mengurangi risiko kerugian yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penerapan praktik pengendalian yang tepat juga dapat membantu menjaga kesehatan tanaman dan meningkatkan produktivitas pertanian secara keseluruhan.

3. Virus

Virus merupakan agen penyebab penyakit yang juga dapat menyerang tanaman. Salah satu contoh virus yang sering menyebabkan masalah pada tanaman adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV). CMV dapat menginfeksi berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Gejala yang ditimbulkan oleh CMV dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman inangnya.

Baca Juga : Macam Tipe Alat Mulut Hama

Infeksi CMV pada jaringan muda tanaman tidak akan mempengaruhi jaringan tua pada tanaman inangnya. Ini berarti bahwa virus tersebut cenderung lebih aktif dan berdampak pada pertumbuhan awal tanaman daripada pada fase pertumbuhan yang lebih matang. Gejala yang umumnya muncul akibat infeksi CMV adalah perubahan warna pada daun muda dari hijau menjadi hijau muda, serta klorosis. Klorosis adalah kondisi dimana daun kehilangan pigmen hijau mereka, menyebabkan daun tampak pucat atau kekuningan.

Meskipun gejalanya umum, tanda-tanda infeksi virus CMV seringkali sulit dibedakan dari infeksi virus lainnya. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi petani dan ahli pertanian dalam mengidentifikasi dan mengelola penyakit yang disebabkan oleh CMV. Selain itu, keberadaan vektor penyakit, seperti serangga yang membawa virus, juga dapat mempengaruhi penyebaran dan tingkat infeksi CMV dalam suatu pertanaman.

Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus seperti CMV seringkali melibatkan langkah-langkah pencegahan, seperti menggunakan benih yang bebas dari virus, mengelola gulma yang berpotensi menjadi inang virus, dan menerapkan praktik sanitasi yang baik. Selain itu, penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap infeksi virus, serta teknologi lainnya yang dapat membantu mengurangi dampak penyakit virus pada pertanian.

Baca Juga : Menerapkan Konsep Tepat dalam Penggunaan Pestisida

4. Nematoda

Nematoda, sering disebut cacing mikroskopis, adalah salah satu patogen tanaman yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada akar tanaman. Salah satu contoh nematoda yang sering menjadi masalah dalam pertanian adalah Meloidogyne, yang juga dikenal sebagai nematoda puru akar. Gejala yang ditimbulkan oleh Meloidogyne umumnya ditandai dengan munculnya puru akar, yang merupakan pembengkakan abnormal pada akar tanaman yang terinfeksi. Puru akar ini, atau yang sering disebut juga dengan galls, dapat menghambat penyerapan unsur hara dari tanah oleh akar, sehingga mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, layu, dan kekuningan.

Siklus hidup nematoda puru akar dimulai dari tahap telur. Telur tersebut menetas menjadi larva tahap pertama, yang kemudian terus berkembang menjadi larva tahap kedua. Larva tahap kedua inilah yang kemudian memasuki jaringan akar dan menetap di bagian ujung akar. Di sinilah nematoda akan mulai menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tanaman inangnya. Setelah menetap dalam akar, ukuran nematoda akan terus bertambah, dan mereka akan mengalami pergantian kulit dua kali sebelum menjadi larva tahap keempat.

Penting untuk memahami siklus hidup nematoda Meloidogyne ini karena memahami tahap-tahap perkembangannya dapat membantu dalam merancang strategi pengendalian yang efektif. Pengendalian nematoda puru akar seringkali melibatkan penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap serangan nematoda, rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kesehatan tanah, dan aplikasi nematisida atau bahan kimia lainnya yang dirancang khusus untuk mengendalikan populasi nematoda tanah.

Baca Juga : Klasifikasi Filum dan Ordo Yang Berpotesi Sebagai Hama

5. Protozoa

Protozoa merupakan salah satu kelompok patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Contoh patogen protozoa yang seringkali menjadi masalah dalam pertanian adalah Plasmodiophora brassicae. Protozoa sendiri merupakan organisme mirip fungi yang tergolong ke dalam jamur tingkat rendah. Mereka memiliki ciri-ciri seperti uniseluler (terdiri dari satu sel), kolonial, dan fagotropik, yang berarti mereka memakan makanan dengan cara menelan.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae adalah akar gada pada tanaman kubis. Gejala utama dari akar gada ini adalah daun tiba-tiba berubah menjadi pucat dan layu pada siang hari, meskipun tanaman tersebut tidak mengalami kekurangan air. Namun, daun dapat kembali segar pada sore hari atau saat suhu turun. Saat akar tanaman terinfeksi dicabut, akan terlihat bahwa akar membesar pada pangkal batangnya. Pada serangan yang lebih berat, jaringan akar bahkan bisa membesar seperti gada, sementara daun akan mengalami layu dan menguning.

Kondisi lingkungan tertentu memungkinkan patogen penyakit ini berkembang dengan baik. Tanah yang bersifat asam, intensitas cahaya yang sedang hingga tinggi, kelembapan tinggi, dan suhu optimum untuk perkembangan patogen, semuanya merupakan faktor yang mendukung pertumbuhan Plasmodiophora brassicae. Oleh karena itu, pengendalian penyakit akar gada ini seringkali melibatkan upaya untuk menciptakan lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan patogen, seperti dengan mengatur pH tanah, memantau kelembapan tanah, dan mempraktikkan rotasi tanaman.

Baca Juga : Memahami Teknik Pencampuran Pestisida

Dalam upaya memahami dan mengendalikan penyakit tanaman, penting untuk menyadari beragam faktor patogen dan penyebabnya. Faktor biotik seperti jamur, bakteri, virus, nematoda, dan protozoa memiliki peran yang signifikan dalam menyebabkan penyakit pada tanaman. Setiap kelompok patogen memiliki karakteristik dan gejala yang berbeda, yang memerlukan pendekatan pengendalian yang spesifik. Mulai dari infeksi jamur yang menyebabkan layu hingga serangan bakteri yang mengakibatkan busuk lunak, setiap patogen menuntut strategi pengendalian yang berbeda pula. Selain itu, faktor abiotik seperti kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman, seperti tanah yang asam atau kelembapan yang tinggi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang patogen, gejala penyakit, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran penyakit sangat penting dalam merancang strategi pengendalian yang efektif.

Dengan menerapkan praktik pengelolaan tanaman yang baik, penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit, serta tindakan pencegahan seperti pengaturan lingkungan pertanian, petani dapat mengurangi risiko kerugian akibat serangan penyakit tanaman. Selain itu, upaya penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan teknologi dan strategi pengendalian yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan pertanian dapat tetap produktif dan berkelanjutan, sambil menjaga keseimbangan ekosistem pertanian dan keberlanjutan lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال