Pembahasan Lengkap Mengenai Pengelompokan Pestisida

Pembahasan Lengkap Mengenai Pengelompokan Pestisida
Pestisida, Image By Macrovector on Freepik

Rumah Tani, Pertanian - Pestisida, dalam dunia pertanian, menjadi senjata utama untuk melawan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti hama, penyakit, dan gulma. Pengelompokan pestisida menjadi suatu hal yang penting untuk memahami karakteristik dan efektivitasnya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai cara pengelompokan pestisida berdasarkan OPT sasaran, kelas kimia, dan cara kerjanya.

Baca Juga : Mengenal Pestisida dan Ruang Lingkupnya

Pengelompokan Berdasarkan OPT Sasaran

Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang menjadi sasarannya. Dengan memahami OPT tersebut, kita dapat memilih pestisida yang paling tepat untuk memerangi serangan yang sedang dihadapi. Berikut adalah beberapa kategori pengelompokan pestisida berdasarkan OPT sasaran:

1. Insektisida

Merupakan pestisida yang digunakan untuk memerangi serangga hama. Contoh bahan aktifnya adalah klorpirifos, dimetoat, dan imidakloprid.

2. Akarisida

Digunakan untuk mengendalikan hama golongan akarina atau tungau. Hama ini sering kali tidak terlihat secara kasat mata tetapi dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada tanaman. Beberapa contoh akarisida adalah abamektin, propargit, dan etoxazole.

3. Rodentisida

Pestisida ini ditujukan untuk membasmi binatang pengerat seperti tikus dan mencit yang dapat merusak hasil pertanian serta menyebarkan penyakit. Contoh rodentisida meliputi brodifakum, bromadiolon, dan difenacoum.

Baca Juga : Memahami Pengertian Tanam dan Pola Tanam

4. Moluskisida

Bertujuan untuk mengontrol populasi siput atau moluska yang dapat merusak tanaman, terutama tanaman yang ditanam di lahan basah atau berawa. Bahan aktif yang umum digunakan dalam moluskisida antara lain metaldehida dan tembaga sulfat.

5. Nematisida

Digunakan untuk memerangi nematoda, yaitu cacing mikroskopis yang dapat merugikan tanaman dengan merusak akar dan memengaruhi kinerja tanaman secara keseluruhan. Beberapa nematisida populer adalah fenamifos, karbofuran, dan fosthiazate.

6. Fungisida

Merupakan pestisida yang digunakan untuk melawan penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur atau cendawan. Contoh bahan aktifnya termasuk kaptan, mankozeb, dan klorotalonil.

7. Bakterisida

Ditujukan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri patogen. Contoh bakterisida termasuk oksitetrasislin, streptomisin, dan kasugamisin.

Baca Juga : Mengenal Macam-Macam Tipe Perkecambahan

8. Herbisida

Pestisida ini digunakan untuk membunuh gulma atau rumput liar yang tumbuh di lahan pertanian dan mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Contoh herbisida termasuk glifosat, dikamba, dan 2,4-D.

9. Avisida

Merupakan pestisida yang dirancang khusus untuk mengontrol populasi burung yang dapat merusak tanaman atau menjadi gangguan di area pertanian. Beberapa bahan aktif avisida adalah metil anthranilate, avitrol, dan karbamat.

10. Pisisida

Digunakan untuk mengendalikan populasi ikan buas yang dapat merusak ekosistem perairan atau tanaman yang ditanam di perairan seperti tambak atau kolam. Beberapa contoh pisisida adalah rotenon, antimycin, dan teflubenzuron.

11. Algisida

Merupakan pestisida yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan alga yang berlebihan di perairan seperti kolam, sungai, dan danau. Bahan aktif yang sering digunakan dalam algisida antara lain tembaga sulfat, oksid kalsium, dan tembaga oksiklorida.

Baca Juga : Mengenal Bahan Tanam Dalam Budidaya Tanaman

Pengelompokan Berdasarkan Sifat Kimia

Pestisida juga dapat dikelompokkan berdasarkan kelas kimianya atau sifat kimianya. Pengetahuan mengenai sifat kimia pestisida penting untuk memahami cara kerjanya serta potensi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa kategori pengelompokan pestisida berdasarkan sifat kimianya:

1. Organofosfat

Merupakan kelas pestisida yang memiliki senyawa organofosfat sebagai bahan aktifnya. Pestisida jenis ini umumnya bersifat neurotoksik dan bekerja dengan cara mengganggu sistem saraf hama. Contoh organofosfat meliputi malathion, diazinon, dan paration.

2. Organoklorin

Kelas pestisida ini mengandung senyawa organoklorin sebagai bahan aktifnya. Pestisida jenis ini cenderung bersifat persisten dalam lingkungan dan dapat menumpuk dalam rantai makanan. Contoh organoklorin termasuk DDT, lindan, dan endosulfan.

3. Pirimidin

Merupakan kelompok pestisida yang memiliki struktur kimia berbasis pirimidin. Pestisida ini umumnya efektif terhadap serangga hama dan memiliki toksisitas rendah terhadap mamalia. Contoh pirimidin termasuk chlorfenapyr, flubendiamide, dan pyriproxyfen.

Baca Juga : Potensi Buta-buta (Excoecaria agallocha) Sebagai Pestisida Alami

4. Karbanilida

Kelas pestisida ini mengandung senyawa karbanilida sebagai bahan aktifnya. Pestisida jenis ini umumnya bersifat kontak dan digunakan untuk mengendalikan serangga hama pada fase larva. Contoh karbanilida meliputi propoxur, carbaryl, dan bendiocarb.

5. Neonicotinoid

Merupakan kelompok pestisida yang memiliki struktur kimia mirip dengan nikotinoid, suatu senyawa yang ditemukan secara alami dalam tanaman tembakau. Pestisida ini bekerja dengan cara mengganggu sistem saraf serangga hama. Contoh neonicotinoid termasuk imidakloprid, acetamiprid, dan thiamethoxam.

Pengelompokan Berdasarkan Cara Kerjanya

Selain dikelompokkan berdasarkan sasaran dan sifat kimia, pestisida juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara kerjanya. Memahami cara kerja pestisida penting untuk menentukan strategi pengendalian hama yang efektif. Berikut adalah beberapa kategori utama pengelompokan pestisida berdasarkan cara kerjanya:

1. Sistemik vs Non-Sistemik

Pestisida sistemik diserap oleh tanaman melalui daun, batang, atau akar dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Jenis pestisida ini dapat mengendalikan hama yang menyerang bagian tanaman yang tidak terpapar langsung oleh pestisida. Contohnya adalah imidakloprid, karbofuran. Sementara itu, pestisida non-sistemik hanya bekerja pada bagian tanaman yang terkena langsung oleh semprotan dan efektif untuk mengendalikan hama yang menyerang permukaan tanaman seperti mankozeb dan klorpirifos.

Baca Juga : Pestisida Nabati Ajeran (Bidens pilosa L.), Solusi Baru dalam Mengendalikan Hama

2. Kontak vs Non-Kontak

Pestisida kontak membunuh hama dengan cara menyentuh dan merusak jaringan tubuhnya. Contohnya termasuk deltametrin dan malathion. Di sisi lain, pestisida non-kontak bekerja dengan cara dihirup oleh hama atau melalui asap dan uap. Contoh pestisida non-kontak adalah fumigan dan fosfin.

3. Cara Kerja Lainnya

Pestisida fumigan bekerja dengan cara dihirup oleh hama dan menyebabkan keracunan. Jenis pestisida ini sering digunakan untuk mengendalikan hama di ruang tertutup seperti gudang penyimpanan. Contoh fumigan adalah metil bromida dan fosfin. Pestisida ovicida membunuh telur hama dan sering digunakan untuk mengendalikan hama pada tahap awal perkembangannya seperti abamektin dan heksaflumuron. Sedangkan pestisida larvasida membunuh larva hama dan efektif untuk mengendalikan hama pada tahap larva yang belum memiliki kemampuan terbang seperti Bti (Bacillus thuringiensis israelensis) dan spinosad.

Baca Juga : Mengenal Ajeran (Bidens pilosa) Sebagai Obat

Melalui pengelompokan yang komprehensif ini, diharapkan petani dan praktisi pertanian dapat memilih dan mengaplikasikan pestisida dengan lebih efektif dan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan pertanian mereka. Selain itu, pemahaman yang mendalam mengenai pengelompokan pestisida juga penting untuk meminimalkan risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta mempromosikan praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال