Bayer Buka Pusat Penelitian Pertanian Mega di Juwiring, Klaten

Bayer Buka Pusat Penelitian Pertanian Mega di Juwiring, Klaten
Image by jcomp on Freepik

Pertanian - Bayer, perusahaan multinasional yang dikenal luas dalam industri pertanian, telah mengumumkan investasi besar-besaran dalam pembangunan pusat penelitian pertanian di Juwiring, Klaten. Dengan investasi setidaknya sebesar 1,5 juta euro atau sekitar Rp25 miliar, pusat penelitian ini menunjukkan komitmen Bayer untuk mengembangkan teknologi pertanian di Indonesia.

Pusat penelitian yang diberi nama Bayer JUARA (Juwiring Agriculture Research and Academy) ini mengusung konsep terpadu yang mencakup penelitian, teknologi, dan akademi, dengan fokus pada pengembangan inovasi pertanian.

Baca Juga : Dinperindag Banyumas Maksimalkan Operasi Pasar untuk Kendalikan Harga Beras

Senior Field Agronomist PT Bayer Indonesia, Nico Alfredo, menjelaskan bahwa dana sebesar itu tidak hanya untuk pembangunan fisik pusat penelitian, tetapi juga mencakup biaya operasional sehari-hari serta pengeluaran untuk pengembangan SDM. Hal ini menegaskan keseriusan Bayer dalam mendukung kemajuan sektor pertanian Indonesia.

Bayer JUARA bukanlah proyek kecil. Dengan luas lahan 9 hektar, pusat penelitian ini menjadi yang terbesar kedua di Asia Tenggara setelah pusat penelitian Bayer yang lain. Pusat penelitian ini resmi diresmikan pada 15 Agustus 2023, menandai langkah penting dalam upaya Bayer untuk memperluas jangkauan dan kontribusinya dalam pengembangan pertanian di Indonesia.

Lahan seluas itu disewa dari 42 petani setempat, menunjukkan kolaborasi yang erat antara Bayer dan masyarakat petani. Sebanyak 25 tenaga kerja harian juga direkrut dari lingkungan sekitar, menambah dampak positif pusat penelitian ini terhadap ekonomi lokal.

Baca Juga : Generasi Muda Kuningan Diajak Terjun ke Dunia Pertanian

Salah satu fokus utama Bayer JUARA adalah mengadakan uji coba teknologi pertanian. Setiap tahunnya, pusat penelitian ini menyelenggarakan lebih dari 200 uji coba, mencakup berbagai aspek teknologi pertanian seperti pengembangan benih jagung bioteknologi dan produk biologis.

Namun, hasil panen dari uji coba tersebut sebagian besar dimusnahkan karena masih dalam tahap eksperimental. Nico Alfredo menegaskan pentingnya penelitian ini dalam memastikan kualitas dan keamanan hasil pertanian yang akan diimplementasikan di lapangan. "Kita bisa atur hasil panen mana yang boleh kita share ke pertanian di sekitar, mana yang harus kita hancurkan," ungkapnya.

Hal ini menunjukkan komitmen Bayer untuk tidak hanya menghasilkan inovasi, tetapi juga memastikan bahwa inovasi tersebut dapat memberikan manfaat yang nyata bagi petani Indonesia.

Namun, di balik ambisi dan potensi besar Bayer JUARA, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah adopsi teknologi pertanian di Indonesia yang masih tergolong rendah.

Baca Juga : Menteri Pertanian Berupaya Menggenjot Produksi Padi di Tengah Tantangan Anggaran

Laksmi Prasvita, Head of Communications, Public Affairs, Science & Sustainability Bayer Indonesia, menyoroti kesenjangan antara Indonesia dengan negara-negara maju dalam hal penerapan teknologi pertanian. 

"Bioteknologi generasi pertama baru diperkenalkan di Indonesia ketika Brazil sudah mengenal bioteknologi generasi keempat," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal inovasi pertanian, yang berpotensi menghambat pertumbuhan sektor pertanian dalam jangka panjang.

Meskipun demikian, Laksmi juga melihat peluang besar bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya dalam bidang pertanian. Dia menyoroti pentingnya kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta dalam mempercepat pengenalan teknologi pertanian.

"Kerjasama dengan pemerintah juga perlu diingatkan untuk mempercepat pengenalan teknologi, untuk kemajuan pertanian Indonesia yang juga disuarakan oleh para petani muda," ungkapnya.

Baca Juga : Mau Daftar Polbangtan/PEPI 2024? Ini Dia Syarat dan Jadwal Lengkapnya!

Dengan dukungan yang tepat, teknologi pertanian dapat menjadi katalisator bagi kemajuan pertanian Indonesia, memungkinkan negara ini untuk bersaing dengan negara-negara maju dalam hal produksi pertanian.

Selain itu, Bayer JUARA juga menawarkan harapan baru bagi petani muda Indonesia. Laksmi menyatakan bahwa petani muda sangat antusias dengan berbagai inovasi dan teknologi baru dalam bidang pertanian.

"Adapun, bioteknologi generasi pertama baru diperkenalkan di Indonesia ketika Brazil sudah mengenal bioteknologi generasi keempat," tuturnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antara Indonesia dengan negara-negara maju dalam hal penerapan teknologi pertanian.

Namun, dengan hadirnya pusat penelitian seperti Bayer JUARA, harapan baru muncul bagi petani muda Indonesia untuk terlibat dalam pengembangan inovasi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.

Baca Juga : Program Petani Milenial, Membangun Generasi Penerus Pertanian yang Unggul

Selain itu, Bayer JUARA juga memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor produk pertanian. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sejumlah besar kedelai, jagung, dan produk pertanian lainnya, meskipun sebenarnya potensi untuk memproduksi secara mandiri ada.

Laksmi Prasvita menegaskan bahwa dengan teknologi yang tepat, Indonesia dapat memproduksi sebagian besar produk pertaniannya sendiri, bahkan bisa bersaing dengan negara-negara maju seperti Brazil dan Argentina.

Namun, untuk mencapai hal ini, dukungan dan investasi dalam pengembangan teknologi pertanian sangat diperlukan. Dengan adanya Bayer JUARA, harapan untuk mengurangi ketergantungan pada impor produk pertanian semakin nyata.

Secara keseluruhan, investasi Bayer dalam pembangunan pusat penelitian pertanian di Juwiring, Klaten, menawarkan harapan baru bagi kemajuan sektor pertanian Indonesia.

Baca Juga : Sejarah Panjang Kelapa Sawit di Indonesia

Dengan fokus pada penelitian, teknologi, dan akademi, Bayer JUARA bertujuan untuk memperkenalkan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan kesejahteraan petani Indonesia.

Namun, tantangan-tantangan seperti adopsi teknologi yang rendah dan ketergantungan pada impor masih perlu diatasi. Dengan dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam inovasi pertanian di tingkat regional maupun global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال