Mengenal Jenis-Jenis Media Tanam

Media Tanam
Mengenal Jenis-Jenis Media Tanam

Image by eko pramono from Pixabay

Rumat Tani - Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan biji dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kualitas biji, ketersediaan air, dan jenis media yang digunakan. Media perkecambahan yang efektif untuk pembibitan adalah media yang berpori dan berdrainase baik serta mampu mempertahankan kelembaban, kadar garam rendah tetapi kemampuan menerima dan memasok unsur hara cukup baik, bebas patogen, hama, penyakit, dan gulma.

Apa Itu Media Tanam?

Media tanam diartikan sebagai media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman/bahan tanam, tempat akar atau bakal akar tumbuh dan berkembang. Media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat akar berpegang agar tajuk tanaman dapat tegak dan kokoh berdiri di atas media tersebut. Selain itu, media tanam digunakan sebagai sarana untuk tanaman tumbuh karena tanaman mendapatkan makanan dengan cara menyerap unsur hara yang terkandung di dalam media tanam. Media tanam terdiri atas media tanah dan bukan tanah.

Media tanaman yang paling umum digunakan adalah tanah. Tanah ideal mengandung 45% butiran mineral, 25% air, 25% udara, dan 5% bahan organik. Bila ketersediaan unsur sesuai maka akan mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam bukan tanah dibedakan menjadi 2 yakni media tanam organik dan anorganik baik dijadikan media tanam secara tunggal atau campuran. Jenis media tanam bukan tanah antara lain kompos, moss, pupuk kandang, humus, sabut kelapa, arang, batang pakis, sekam padi, rockwool, perlite, vermiculite, hidroton, spons, pasir, kerikil, dan lain-lain.

Jenis-Jenis Media Tanam

Beberapa jenis media tanam memerlukan perlakuan khusus selama digunakan dalam budidaya tanaman, misalnya menyiram larutan pupuk secara intensif agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Persiapan media tanam merupakan salah satu langkah awal yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa contoh jenis media tanam:

Baca Juga : Mengenal Tanaman Vanili dan Cara Budidayanya

1. Media Tanah

Tanah adalah bahan yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi, dan kimiawi. Tanah yang subur dicirikan dengan adanya keseimbangan antar sifat fisik, biologi dan kimia.

Tanah sebagai media tanam yang baik memiliki sifat fisik tanah yang dapat dilihat dari tekstur, struktur, porositas, dan konsistensinya. Tanah tersusun atas 3 fraksi yaitu pasir, debu, dan liat. Struktur tanah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman ialah stuktur remah yang bersifat gembur sehingga akar dapat tumbuh dengan optimal. Tanah dikatakan porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang untuk pergerakan keluar masuk air dan udara. Konsistensi tanah merupakan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dari luar. Sifat biologi ditandai oleh jumlah dan keragaman organisme di dalam tanah. Sifat kimia membahas tentang kapasitas tukar kation (KTK), pH, dan kandungan unsur hara dalam tanah.

2. Media Bukan Tanah

Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam bukan tanah dibedakan menjadi media tanam organik dan anorganik. Berikut penjelasannya:

a. Media Tanam Organik

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik kebanyakan berasal dari komponen organisme hidup, misal bagian dari tanaman seperti daun, batang, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik karena bahan organik mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan unsur hara. Sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan.

Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam antara lain:

1) Kompos

Kompos adalah media tanam yang berasal dari proses dekomposisi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah rumah tangga seperti bekas sayur dan buah dengan tanda hasil bagi C/N rasio yang menurun, tapi tidak terlalu rendah. Kelebihan dari kompos mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis.

 Karakteristik kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya agak hitam seperti tanah, berstruktur remah, tidak berbau, memiliki kadar airyang rendah, dan memiliki temperatur seperti suhu ruang. Pada umumnya, kompos dapat digunakan sebagai pupuk organik yang ditambahkan pada tanah bersamaan dengan proses pengolahan tanah sebagai pupuk dasar. Pembuatan kompos dilakukan dengan memotong bahan organik yang digunakan menjadi potongan yang lebih kecil. Kemudian dilakukan pengomposan yang bertujuan untuk mendekomposisi bahan organik. Proses pengomposan dilakukan dengan meletakkan bahan pada wadah tertutup dengan penambahan EM4 dan molase. Penambahan bahan tersebut akan merombak bahan organik menjadi kompos dengan suhu 45℃ - 60℃.

2) Moss

Moss berasal dari akar paku-pakuan atau lumut yang banyak dijumpai di hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk persemaian hingga pembungaan. Media ini mengandung nitrogen 2 – 3%, mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Media moss mampu mengikat air hingga mencapai 80%, serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, moss dikombinasikan dengan media tanam organik lain, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun kering. Contoh pemanfaatan media tanam ini dalam kegiatan budidaya sering digunakan untuk bunga hias anggrek dan kantong semar.

3) Pupuk Kandang

Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan, mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dan unsur hara mikro. Unsur- unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. Penggunaan pupuk kandang dalam kegiatan budidaya tanaman dapat dilakukan untuk menambah kandungan unsur hara dalam tanah, bila dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan efisiensi. Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam. Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat, tidak berbau, partikelnya mirip seperti tanah, dan memiliki suhu ruang. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.

Baca Juga :

4) Humus

Humus merupakan hasil pelapukan bahan organik oleh jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Humus juga memiliki tingkat porositas yang rendah sehingga akar tanaman susah menyerap air. Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porositas tinggi, misalnya pasir. Humus biasanya digunakan sebagai campuran media tanam tanah sebagai pupuk organik. Humus memiliki sifat yang lebih halus dan memiliki warna yang lebih gelap karena pelapukan pada humus berjalan secara alami.

 5) Sabut Kelapa (Cocopeat)

Cocopeat berasal dari kulit luar buah kelapa atau biasa disebut sabut kelapa. Cocopeat sering digunakan sebagai media tanam untuk persemaian. Sabut kelapa mampu mengikat dan menyimpan air, mengandung unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), nitrogen (N), dan fosfor (P).

Pengolahan sabut kelapa bertujuan untuk mengubah partikel sabut kelapa menjadi lebih kecil. Tahap pertama yang dilakukan yaitu dengan menggiling sabut kelapa dikeringkan selama satu hingga dua hari. Penggunaannya sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.

6) Arang

Arang adalah bagian tanaman seperti batang, batok kelapa yang dibakar pada panas tertentu sehingga tidak sampai menjadi abu. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk media tanaman hias dalam pot, misalnya anggrek. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Media arang bersifat buffer (penyangga) dan tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Media arang cenderung miskin akan unsur hara, oleh karena itu perlu ditambahkan unsur hara. Sebelum digunakan sebagai media tanam, media arang dipecah menjadi potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan penempatan di dalam pot.

7) Batang Pakis

Batang pakis berasal dari tanaman pakis yang sudah tua. Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis. Batang pakis lazim digunakan sebagai media tanam bunga hias dalam pot. Batang pakis yang dibentuk menjadi papan dapat digunakan sebagai wadah sekaligus media tanam bagi tanaman- tanaman yang perakarannya mampu tumbuh meski terekspos cahaya (paku-pakuan dan anggrek) serta tanaman yang memiliki akar udara.

 8) Sekam Padi

Sekam padi adalah kulit biji gabah tanaman padi. Sekam padi bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar) yang memiliki tingkat porositas sama. Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi. Sekam mentah sebagai media tanam mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman dan tidak mudah menggumpal sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Sekam padi banyak digunakan sebagai media tanam tanaman hias, baik dalam keadaan mentah maupun sudah dibakar. Selain itu sekam padi telah banyak dimanfaatkan pula sebagai media tanam jamur merang. Sekam bakar bahkan sering digunakan sebagai media penyemaian secara tunggal.

b. Media Tanam Anorganik

Bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan sintetis atau kimia. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu:

Baca Juga : Mengenal Suku Leguminosae atau Polong-Polongan

1) Rockwool

Media rockwool ini memiliki bentuk seperti busa atau spons. Rockwool terbuat dari bebatuan yang dipanaskan dengan suhu tinggi hingga meleleh menjadi lava. Suhu yang digunakan untuk memanaskan bebatuan ini mencapai 1600℃. Setelah melalui proses pemanasan bebatuan tersebut akan menjadi lava yang kemudian disentrifuge untuk membentuk serat-serat. Serat tersebut lalu dipotong sesuai dengan kebutuhan sebagai media tanam. Rockwool biasanya digunakan sebagai media pembibitan benih dan media tanam pada kegiatan budidaya tanaman secara hidroponik seperti pada NFT (unsur hara film technique), hal ini dikarenakan rockwool dapat mengikat dan menyimpan air lebih baik dibandingkan dengan gabus (spons). Rockwool merupakan media tanam hidroponik yang memiliki porositas yang baik dan mampu menyediakan udara yang cukup bagi pertumbuhan akar tanaman. Selain membantu pertumbuhan akar tanaman media rockwool juga membantu memaksimalkan penyerapan air oleh akar. Namun, media rockwool memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan media lain, hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang cukup rumit.

 2) Vermikulit dan Perlit

Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari pemananasan kepingan mika serta mengandung pottasium atau kalium. Vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas tukar kation tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.

Perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Pembuatan perlit dilakukan dengan memanaskan batuan vulkanik hingga berubah warna menjadi putih. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air. Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara. Contoh penggunaan media tanam vermikulit dan perlit adalah untuk media terrarium dan roof garden. Penggunaan media ini pada sistem tanam roof garden karena sifat media ini yang ringan sehingga aman digunakan.

3) Hidroton

Hidroton merupakan jenis media yang digunakan dalam hidroponik. Media ini menyerupai kerikil (kerikil sintetis) yang dibuat dari tanah liat yang dipanaskan dengan suhu tinggi dan dibentuk seperti kerikil. Hidroton dibakar dengan suhu 1000oC. Media ini mempunyai pori-pori kecil seperti spons yang berfungsi untuk menyimpan air dan menjaga dari kelebihan air. Hidroton memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan dengan media lain, hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang cukup rumit. Media tanam hidroton biasanya digunakan dalam media tanam hidroponik dengan sistem drip system. Selain itu, hidroton sangat cocok sebagai penopang tanaman hidroponik berbatang keras seperti tomat, cabai, dan timun.

4) Spons

Spons sangat ringan sehingga mudah dipindahpindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau disiram air akan menjadi berat. Media tanam spons mudah menyerap air dan unsur hara essensial yang diberikan dalam bentuk larutan. Media ini tidak tahan lama karena mudah hancur. Spons sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting flower) yaitu sebagai penyangga ataupun media tanam pada hidroponik sistem NFT.

5) Pasir

Pasir memiliki pori berukuran besar (makro) oleh karena itu mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Oleh karenanya media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman. Pada aplikasi di dunia pertanian, media pasir sering digunakan untuk media campuran dalam pembibitan dan sebagai media pada tanaman yang tidak membutuhkan air banyak seperti kaktus.

6) Kerikil

Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budidaya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secararutin. Kerikil dapat dijadikan media alternatif pengganti hidroton, mampu menopang pertumbuhan akar dan batang tanaman buah dan sayuran buah. Selain itu kerikil dapat dijadikan hiasan tanaman hias.

7) Pecahan Batu Bata

Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Ukuran batu - bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat kecil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Ukuran yang semakin kecil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembaban di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik. Media pecahan batu bata tidak mudah melapuk, cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.

8) Gel 

Gel atau hidrogel adalah kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam tanaman hidroponik. Penggunaan media ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu diganti, disiram atau dipupuk. Penyiraman hidrogel hanya diperlukan pada saat awal budidaya agar hidrogel dapat mengembang. Di dalam media ini sudah terdapat unsur hara sehingga saat dibasahi, media ini dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman.

Tidak semua tanaman dapat ditanam menggunakan hydrogel, tanaman yang cocok ditanam pada hidrogel adalah tanaman yang batangnya tidak berkayu, tidak memerlukan intensitas matahari langsung atau dapat ditanam indoor (karena hidrogel diletakkan indoor), dan tahan pada tingkat kelembaban tinggi (humid) sampai menggenang. Contoh tanaman yang dapat dibudidayakan menggunakan hidrogel adalah Aglaonema sp., Anthurium sp. (berbagai jenis kuping gajah), Diffenbachia sp., Philodendron sp., Dracaena sp. (bambu china dan jepang), Scidapsus sp. (sirih belanda), Syngonium sp., Spathiphyllum sp., Cyperus sp. (rumput payung), Cordyline sp. (berbagai jenis hanjuang), Monsteradeciliosa (Philodendron berdaun belah), rumput hias (berwarna hijau dengan garis putih di sisi daun dan ber-umbi), bambu rejeki, sansiviera, sirih hias, sri rejeki, serta sayuran seperti caisim, selada dan kangkung.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال